- Identitas
Novel :
Ø Judul Novel : Assassin’s Creed Brotherhood
Ø Penulis : Oliver Bowden
Ø Nama
Penerbit : PT. Ufuk Publishing House
Ø Cetekan
& Tahun Terbit : Cetakan
I, Juli 2011
Ø Tebal
buku & Jumlah Halaman : 3,1cm, 602
Halaman + Cover
- Ikhtisar
Isi Novel :
Assassin’s
Creed Brotherhood “Bagian II”
Peristiwa lima belas menit terakhir
yang luar biasa, berputar di kepala Ezio sekali lagi dia berjalan
terhuyung-huyung, dengan kepala pening, dari ruang bawah tanah Kapel Sistine.
Meskipun rasanya bagaikan dalam
mimpi, dia ingat bahwa tadi di kedalaman ruang bawah tanah, dia melihat sebuah
sarkofagus yang sepertinya terbuat dari granit, ketika didekatinya, benda itu
mulai bersinar dan sinarnya seperti menyambut kedatangannya.
Ezio menyentuh tutupnya, lalu
sargofagus itu terbuka, bagaikan seringan bulu. Dari dalamnya, bersinarlah
sebuah cahaya kuning yang hangat dan dari dalam cahaya tersebut muncullah
sebuah sosk, yang perawakannya tidak bisa dikenali oleh Ezio. Namun, dia tahu
bahwa dirinya sedang menatap seorang wanita. Seorang wanita dengan tinggi badan
yang tidak normal, mengenakan helm, dan di bahu kanannya bertengger seekor
burung hantu bewarna cokelat kekuningan.
Cahaya yang mengelilingi wanita itu
menyilaukan mata Ezio.
“Salam, wahai Nabi,” kata wanita
itu, memanggil Ezio dengan nama yang telah secara misterius ditetapkan
kepadanya. “Aku telah menunggumu selama perpuluh ribu musim.”
Ezio tidak berani mendongak.
“Tunjukkan Apel kepadaku.”
Dengan sikap khidmat, Ezio
mengulurkannya.
“Ah.” Tangan wanita itu menyapu
udara di atasnya, tetapi tidak menyentuh artefak itu. Apel bersinar dan
berdenyut. Mata Dewi memiringkan kepalanya, seakan-akan sedang mempertimbangkan
sesuatu, lalu Ezio mengira bisa melihat senyum kecil di wajahnya yang
bewarna-warni.
“Siapa kau?”
“Oh, banyak nama yang kupunya. Saat
aku mati, manaku minerva,:
Ezio
mengenali nama itu. “Dewi Kebijaksanaan! Burung hantu di bahumu. Helm.
Tentu saja.” Dia menundukkan kepalanya.
“Kami sudah tiada sekarang.
Dewa-dewi yang dipuja-puji oleh leluhur kalian. Juno, ratu para dewa, dan
ayahku Jupiter, raja mereka, yang memberiku hidup sebagai keturunannya lewat
dahinya. Aku anak perempuan, bukan dari sulbi, melainkan dari otaknya!”
Ezio tertegun. Ditatapnya
patung-patung yang berbaris mengelilingi dinding. Venus. Merkurius. Vulcan.
Mars...
Ada suara seperti gelas pecah di
kejauhan atau suarayang mungkin berasal dari bintang jatuh. “Bukan..., bukan
dewa-dewi. Kami hanya datang lebih dulu. Bahkan ,saat kami menjalankan dunia,
bangsa manusia berjuang untuk memahami keberadaan kami. Kami lebih dulu dalam
segi waktu.” Ia berhanti sejenak. “tapi, meskipun kalian mungkin tidak memahami
kami, kalian harus memahami peringatan kami.”
“Aku tidak mengerti.”
“Jangan takut. Aku tidak hanya ingin
berbicara kepada dirimu, tetapi juga melalui dirimu. Kaulah Yang Terpilih untuk
masamu. Sang Nabi.”
Ezio merasakan kehangatan seorang
ibu merengkuh seluuh keletihannya.
Minerva mengangkaat kedua tangannya,
lalu atap ruangan itu berubah menjadi angkasa. Wajahnya yang berkilauan
memperlihatkan kesedihan yang tak terungkap.
- Nilai buku :
Ø Kelebihan
: Cerita yang ada dalam buku sangat seru, dan memiliki nilai moral yang sangat
banyak, sehingga kita dapat menirunya.
Ø Kelemahan
: Bahasa yang digunakan dalam cerita yang ada di buku tersebut terlalu tinggi,
hal itu disebabkan karena buku tersebut merupakan buku terjemahan.
- Kesimpulan :
Ø Buku
ini sangat cocok untuk dibaca oleh para remaja, karena buku ini mempunyai nilai
moral yang sangat banyak dan dapat ditiru, tetapi buku ini tidak bisa dibaca
oleh anak yang masih duduk di sekolah dasar karena penggunaan kalimat yang
terlalu tinggi.
No comments:
Post a Comment